KEDUDUKAN PENCATATAN HUTANG PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

(STUDI PANDANGAN M. MUTAWALLĪ AL-SYA’RĀWĪ)

  • Riadhus Sholihin Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
Keywords: Pencacatan Hutang, Fiqh Muamalah, Mutawwali As Sya'rawi

Abstract

Perspektif Islam tentang akad utang-piutang masuk dalam akad sosial.Akad utang dibolehkan berdasarkan Alquran, hadis, dan ijmak para ulama.Hanya saja, para ulama tidak pada dalam menetapkan kedudukan hokum pencatatan utang. Jumhur ulama menyatakan pencatatan utang tidak wajib, sementara pendapat sebagian lainnya menyatakan wajib. Mutawallī Al-Sya’rāwī merupakan salah satu tokoh yang berpendapat wajibnya mencatat utang. Hal ini cenderung berbeda dengan pendapat mayoritas ulama. Pendapat al-Sya’rāwī menarik diteliti karena ada relevansinya dengan konteks akutansi modern. Fokus yang menjadi perhatian penelitian ini adalah untuk mengetahui Mutawallī al-Sya’rāwī mewajibkan pencatatan hutang, danmengetahui dalil dan metode istinbāṭ yang digunakan Mutawallī al-Sya’rāwī. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan study dipustaka (library research). Data-data yang dikumpulkan dianalisis melalui cara deskriptifanalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, kedudukan hukum pencatatan utang adalah wajib. Hal ini didasari oleh perintah dalam Alquran QS. al-Baqarah ayat 282 yang mewajibkan menulis utang, serta beberapa manfaat dan kegunaan catatan utang.Dalil yang digunakan Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī mengacu pada ketentuan QS. al-Baqarah ayat 282 dan QS. Yūsuf ayat 55. Ketentuan QS. al-Baqarah ayat 282 digunakan dalam soal perintah wajib mencatat utang. Sementara ketentuan QS. Yūsuf ayat 55 menurut Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī berkaitan dengan syarat pencatat utang. Adapun metode istinbāṭ yang ia gunakan cenderung pada dua penalaran sekaligus, yaitu bayanī dan istiṣlāḥī. Metode bayanī tempat pada telaah atas lafaz “فَٱكۡتُبُوهُۚ”, yaitu sebagai lafaz amar “أمر” yang menunjukkan makna perintah wajib. Sementara penalaran istiṣlāḥī yang ia gunakan terlihat saat ia menerangkan kegunaan dan manfaat dari pencatatan utang. Menurutnya, pencatatan utang digunakan untuk melindungi hak dari pemilik harta, atau demi manfaat dan kemaslahatan kedua pihak yang melakukan akad.

References

Abī Bakr al-Qurṭubī, al-Jāmi’ al-Aḥkām al-Qur’ān, Juz 4, Bairut: Mu’assasah al-Risālah, 2006.

Abī Isḥāq al-Syīrāzī, al-Muhażżab fī Fiqh al-Imām al-Syāfi’ī, Taḥqīq: Muḥammad al-Zuḥailī, Juz’ 3, Damaskus: Dār al-Qalam, 1996.

Abī Ja’far Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl al-Qur’ān,

Achmad Warson Munawwir dan Muhammad Fairuz, al-Munawwir: Kamus Indonesia Arab, Surabaya: Pustaka Progressif, 2007.

Ahmad Tholabi Kharlie, Administration Marriage in the Modern Islamic World, Jurnal: “Bimas Islam”, Volume IX, Nomor 2, 2016.

Al Yasa’ Abubakar, Metode Istislahiah: Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dalam Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2016.

Amelia Fauzia, dkk., Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka 2005.

Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

Elizabeth Lucky Maretha, dkk., Akuntansi Dasar 1, Jakarta: Grasindo Media Pratama, t. tp.

Herry Muhammad, dkk., Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, 2006.

Ibn Ḥazm al-Andalusī, al-Muḥallā bi al-Aṡār, Taḥqīq: ‘Abd al-Ghaffār Sulaimān a-Busnadārī, Juz 6, Bairut: Dār al-Kutb al-‘Ulumiyyah, 2003.

Ibn Qadāmah, al-Mughnī Syarḥ al-Kabīr, Juz’ 4, Bairut: Dār al-Kitāb al-‘Arabī, 1983.

Ibn Risyd, Bidāyah al-Mujtahid wa Nihāyah al-Muqtaṣid, Terj: Fuad Syaifudin Nur, Jilid 2, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2016.

Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014.

M. Quraish Shihab, Yang Hilang Dari Kita Akhlak, Tangerang: Lentera Hati, 2016.

Maḥmūd bin Umar al-Zamaksyarī, al-Tafsīr al-Kasysyāf ‘an Ḥaqā’iq al-Tanzīl wa ‘Uyūn al-Aqāwīl fī Wujūh al-Ta’wīl, Bairut: Dār al-Ma’rifah, 2009.

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Cet. 2, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

Mardani, Hukum Bisnis Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2017.

Muḥammad bin Ṣāliḥ al-Uṡaimīn, al-Ḥalāl wa al-Ḥarām fī al-Islām, terj: Imam Fauzi, Cet. 2, Jakarta: Ummul Qura, 2016.

Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, al-Fatāwā: Kulla Mā Yahum al-Muslim fī Ḥayātih wa Yawmih wa Ghadih, Mesir: Maktabah al-Tawfīqiyyah, t. tp.

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah: Konsep dan Sistem Operasional, Cet. 2, Jakarta: Gema Insani Press, 2016.

Said Hawwā, al-Islām, terj: Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

Syaiful Bahri, Pengantar Akuntansi, Yogyakarta: Andi, 2016.

Taofik Yusmansyah, Akidah dan Akhlak, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008.

Tim Salemba, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: Penerbut Salemba, 2009.

Wahbah al-Zuḥailī, al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh, Juz 4, Damaskus: Dār al-Fikr, 1985.

Wahbah al-Zuḥailī, Mausū’ah al-Fiqh al-Islāmī wa al-Qaḍāyā al-Mu’āṣirah, Juz 8, Damaskus: Dār al-Fikr, 2010.

Yūsuf al-Qaraḍāwī, al-Ḥalāl wa al-Ḥarām fī al-Islān, Terj: M. Tatam Wijaya, Jakarta: Qalam, 2017.

Published
2020-06-03
How to Cite
Riadhus Sholihin. 2020. “EDUDUKAN ENCATATAN UTANG ERSPEKTIF IQH UAMALAH”. l-udharabah: urnal konomi an euangan yariah 1 (1), 142-59. https://doi.org/10.22373/al-mudharabah.v2i1.823.